27 Mei 2011

Menjelajahi Sebagian Kecil dari Sukabumi

/hihi

Ujung Genteng, Sukabumi. Perjalananku kali ini adalah salah satu cara untuk menghilangkan penat dan padatnya perkuliahan. Berangkat sendiri dari Bandung dengan menggunakan Honda Win 100cc menuju Kota Bogor untuk bertemu dengan teman-teman yang berangkat dari Jakarta, sebelum melanjutkan perjalanan. Pantai Ujung Genteng dan Curug Cikaso.


      Sehari sebelum berangkat terbersit rasa khawatir dalam pikiran karena hanya sendiri dari bandung tanpa tahu jalur yang harus dilewati. Namun ketika hanya satu jam sebelum berangkat menuju bogor muncul rasa excited karena merasa ada tantangan menarik untuk dihadapi. Keadaan fisik yang sedikit meriang dan hanya membawa uang seadanya (maklum anak kost). Cukup membaca beberapa tulisan yang membahas mengenai perjalanan menuju kedua tempat eksotis itu. 

Kucingku


Hari Pertama ( 13 Mei 2011 )

    Packing, memanaskan mesin motor dan check up rem, lampu, angin ban, dan isi bensin Rp5000. Akhirnya saya berangkat dari Bandung pukul 5 sore, start dari kamar kost di Bandung. Cuaca kurang mendukung, mendung, gelap, lengkap dengan suasana bubaran kantor yang membuat jalan cukup padat. Namun semua itu tak perlu dipikirkan, dengan modal jas hujan didalam ransel, handuk untuk masker, dan sarung tangan kulit untuk menerpa hujan jika turun. Yeah ! hujan turun ketika melewati Padalarang, disekitar Jalan Raya Masigit saya berhenti dan memakai jas hujan. 

    Pukul 6.30, SMS kawan-kawan Jabodetabek untuk memberikan kabar dan kembali melanjutkan perjalanan, Cianjur. Selamat Datang di Kota Cianjur. 

       Pukul 7.15 saya berhenti di warung baso, istirahat sejenak  menghangatkan badan. Mengetahui kabar bahwa kawan-kawan Jabodetabek belum kumpul lengkap saya memperlambat laju motor. Keadaan masih gerimis, jalanan cukup padat karena banyak mobil berhenti ketika hujan deras dan melanjutkan ketika reda. 


        Pukul 7.30 melaju melintas Kota Cianjur hingga ke Bogor.

     Pukul 8.00 sampai persimpangan Cianjur-Puncak-Sukabumi. Sesuai dengan perjanjian yaitu meeting point di Ciawi maka saya ambil jalan arah Puncak, melintas untuk sampai Bogor dan belok ke Ciawi. Puncak, belum pernah melewati jalur ini sebelumnya, menanjak sesuai dengan namanya, di samping kanan ada dua siluet puncak gunung, di kejauhan puncak Gunung Gede-Pangrango menggoda untuk didaki. Terus melewati jalur menanjak dan bertanya arah jika berhenti untuk memastikan agar tidak tersesat. Cukup bosan melewati jalur menanjak akhirnya menurun hingga menemui persimpangan, Gadog. Di simpang ini ada razia polisi namun motor tidak di berhentikan, eh malah berhenti buat bertanya dan membuat pak polisi kebingungan :D . 

       Pukul 10.00 , berhenti di POM bensin Gadog untuk istirahat dan menanti kawan-kawan Jabodetabek. Mereka sudah start menuju bogor. Istirahat tanpa mempedulikan orang-orang yang lewat.

       Pukul 11.00 , SMS dari Nisa mereka sudah bentar lagi sampai di Bogor. Lanjut tidur sambil dengerin musik.

       Pukul 11.30 Nisa SMS lagi mereka udah ketemu meeting point , Lho ! . mereka ga ada di tempat sekarang saya istirahat. Hmm sepertinya salah pengertiaan :( . maklum saya belum pernah naik motor ke daerah ini. Setelah dapet kordinat pasti saya melaju tempat meeting point sesungguhnya, Yeah !

“Halim, plat nomor motor kamu berapa ??” Tanya Nisa lewat sms.

“E 50xx AJ, warna hitam saya ada di POM bensin” jawabku lewat sms.
“kita udah di POM bensin, kamu ada dimananya ?” Tanya Nisa kembali lewat sms.
“POM bensin sebelah kanan” jawab singkat lewat sms.
“POM bensin kan sebelah kiri, kaya nya kamu salah de, nyasar” ujarnya pedih.
“oh, salah ya -__- “ akhir dari percakapan lewat sms.
     Pukul 00.00, Ciawi. Setelah berhasil bertemu saya berkenalan dengan semua Biker dan Boncenger Jabodetabek. Rofik dan Ade, Nisa dan Dika, Jimmy dan Nuril, Faisal dan Rinaldo, Ipul dan Arini, dan saya sendiri Halim :D . Ahh, senangnya ketemu orang-orang ini, setelah sendiri melintasi Bandung-Cianjur-Bogor baru ketemu orang yang dikenal. Eits, tunggu dulu, saya dapet boncenger nama nya Nuril yang tadi sama Jimmy, biar beban lebih ringan si Nuril di oper ke motor saya, padahal motor Honda Win ini ga beda-beda banget sama motor Jimmy tapi gak apa-apa biar ga sepi. Wew !
Hari berganti.

Hari Kedua ( 14 Mei 2011 )

      Rombongan berangkat menuju Cibadak, pit stop  selanjutnya. Jalan yang dilalui cukup hancur, banyak lubang, truk-truk membawa material berat, dan tak ada penerangan jalan. Awal yang cukup baik sebelum mengetahui jalur selanjutnya.

       Berhenti untuk istirahat, sebagian tidur-tidur di pinggir pom bensin cibadak. Kami melanjutkan berjalanan menuju Bagbagan, Pelabuhan Ratu. 

       Pukul 01.30 kami sampai di Bagbagan, berhenti di depan POM bensin yang tutup dan segera tergeletak sedapatnya untuk istirahat.

Bagbagan - istirahat


      Sebelum melanjutkan perjalanan Nisa sebagai ketua rombongan memberikan wejangan agar tidak berhenti ketika sepi,gelap, ataupun ada orang-orang bersikap aneh karena jalan yang dilalu adalah hutan :ngeri. Jalan yang kami lalui rusak parah, maklum jalan gunung ini dilalui truk-truk berat. Menanjak, berlubang, berbatu, yah sekitar 90% jalannya seperti itu. Motor sudah mengeluarkan bau mesin kepanasan, saya sedikit mengendurkan gas agar mesin tidak makin panas. Jalan bukan hanya halangan, namun musuh sebenarnya adalah kantuk yang menyerang semakin pagi semakin menjadi-jadi. Beberapa kali menutup mata untuk merasakan nikmatnya tidur dan bangun karena lubang yang dihajar saja :D. beberapa kali terpisah dari rombongan karena berhenti untuk menutup mata 1-2 menit. Ampun! ngantuknya parah ga bohong. Nuril sekali-kali mengajakan ngobrol agar tidak tertidur :D, Yeah !

     Pukul 4.30 kami sampai dipertigaan Kiaradua. Suara sholawat di surau menandakan fajar telah menjelang. Perjalanan mulai menemui beberapa orang yang berangkat ke surau. Kami terus saja melanjutkan perjalanan menuju Surade, rumah bibi nya Nisa. Melupakan jauhnya perjalanan yang telah dilalui. sedikit perhitungan dulu ya :
Bandung-Ciawi : 5 jam , Ciawi-Surade : 7 jam. Ya sekitar 12 jam ada di atas motor dengan beberapa kali istirahat.
     Pukul 7.00 kami sampai di desa Cipendeuy, Surade. Rumah bibinya Nisa, sambutan dari bibinya dan abahnya. Nikmat banget pas udah sampai sini, yang paling nikmat pas rebahan sedapatnya sampai tertidur. Tertidur sekitar 30 menit hingga bangun untuk makan nasi liwet, ikan asin, tempe buatan bibinya Nisa dan sambel nya yang mankyos membuat mata segar lagi. Semuanya abis kecuali nasi nya yang keadaannya lebih parah dari pada kucing makan, maklum lagi ga konsen :D

# 1
# 2

# 3

     Pukul 09.00 Pagi. Udah makan kenyang sekarang kami ingin lanjut ke Pantai Ujung Genteng, kami meminjam 2 motor untuk Dika dan Ipul karena motor mereka di istirahatkan. Cuma bawa beberapa peralatan buat renang, makanan. Formasinya masih sama seperti sediakala. Dari Surade menuju Ujung genteng jaraknya cuma sekitar 15 km namun keadaan jalannya sebagian offroad jadi jangan bandingin jarak dengan waktu normal. Belanja di alfamart sebelum sampai di UG, Aqua 1.5 liter karena disana harga air mineral cukup mahal dari harga biasanya. Selepas surade jalan offroad menanti sekitar 3-4 km, di gapura masuk kami di tagih retribusi 8000 rupiah premotor dan 2000 rupiah. 

Foto dulu sebelum naik kapal
     Sekitar pukul 10.00 kami sampai di Pantai Ujung Genteng. Kami bertanya mengenai jalur ke pantai Pangubahan dan Ombak Tujuh sebagai spot utama Trip Ujung Genteng. Ternyata untuk mencapai pantai Ombak Tujuh dengan menggunakan motor butuh waktu seharian, dan jalurnya sulit untuk dilalui maka kami bernegosiasi dengan penduduk setempat mengenai perahu yang bias disewa. Karena Nisa orang asli sukabumi maka kami mendapat potongan harga yang seharusnya 700 ribuan kami hanya membayar 300 ribu untuk 10 orang. Yeah !

      Pukul 10.30 kami berangkat menggunakan kapal carteran menuju Pantai Ombak Tujuh, tempat yang cukup terkenal untuk para Surfer karena ombak nya yang konon bisa sampai tujuh surfboard berbaris vertical , wew !


        Sekitar 1 jam kami melintasi pantai, cuaca cerah membuat perjalanan lancar dan ombak tidak terlalu tinggi namum membuat kulit merah dalam sekejap. Suara mesin kapal dan debur ombak menerpa batu karang menjadi soundtheme dalam 1 jam itu. Pemandangan menarik saat ombak besar menghantam karang, burung camar bertengger di karang, kambing-kambing yang mencari rumput di pantai, dan ombak yang mengayun-ayunkan kapal. Setelah mengendarai motor lebih dari 10 jam momen ini membuat mengantuk dan saya tertidur di atas kapal, :D.

        Sesampainya di pantai ombak tujuh kapal tak bisa langsung merapat karena ombak yang besar dapat menghempaskan kapal ke karang-karang, menunggu ombak yang tenang untuk bisa masuk ke teluk kecil di pantai itu. 
Teluk di Ombak Tujuh

        Setelah berhasil merapatkan kapal segera semua turun dan bersiap untuk jebur ke pantai, bermain air J. Perlengkapan yang saya bawa adalah : satu set pakaian untuk basah-basahan, kamera, air minum, dan yang terpenting adalah kacamata renang, karena air asin membuat mata pedih. Berenang dipantai dengan tetap menggunakan sarung tangan dan sandal adalah cara untuk melindungi tangan dan kaki dari karang-karang tajam, cara efektif untuk tetap melindungi diri. Hal terpenting untuk tetap aman dilaut adalah jangan gegabah, banyak hal berbahaya bisa terjadi saat kita bersenang-senang, arus balik ombak, arus bawah air, karang, bulu babi, belut air, dan hal-hal berbahaya lain yang seharusnya bisa kita antisipasi. 


 
         Asik berenang ga terasa udah lebih dari 2 jam main air garam, sekarang ombak makin besar dan kata orang kapal kita harus segera balik karena pasang bisa berbahaya. Setelah foto-foto bersama dan menikmati air sedikit lagi kami kembali ke Pantai Ujung Genteng dengan baju basah.

        Pukul 03.00 sore kami sampai kembali di pantai Ujung Genteng. Membayar sisa uang kapal eh kebetulan ada yang jual mie ayam walhasil kita pada pesen deh, 5000 rupiah buat satu porsi nya, selagi yang lain ganti pakaian ada yang makan ada yang tidur.


          Pukul 04.00 sore. Setelah semua siap kita berangkat ke Pantai Pangubahan, sebuah Konservatori untuk Penyu Hijau. Jalur yang kita lalui adalah susur pantai, berpasir, becek, ada motor yang selip juga karena ngebut. Sekitar 15 menit kemudian kami sampai di Pantai Pangubahan, disini kami ingin ikut melepas tukik (anak penyu) ke laut lepas. Seharusnya kami membayar Rp5.000 rupiah namun lagi-lagi berkat kepandaian Nisa dalam “merayu” petugas dengan menyebut nama atasannya kami masuk dengan GRATIS ! Yeah !


Read Me !
           Pantai ini berpasir putih dengan pantai berkontur miring sehingga ombak lebih tinggi, berbahaya jika tidak berhati-hati dan dihimbau agar tidak berenang. Bukan hanya kami yang ada disini untuk melepas penyu, ada ratusan orang yang sudah datang. Pukul 05.30 sore akhirnya petugas datang. Seluruh yang ingin melepas penyu diharuskan berbaris mengahadap pantai untuk dibagikan anak penyu. Matahari terbenam dengan tertutup sedikit awan dan cuaca semakin gelap. Setelah semua anak penyu dibagikan dan serempak dibebaskan anak-anak penyu mulai mendekati air dan melawan ombak. Ohya, ketika ombak menerpa kaki jangan loncat-loncat seperti kucing tersiram air karena mungkin ada anak penyu yang bisa terinjak, dan hal yang tidak diinginkan itu terjadi. Seekor anak penyu terinjak namun masih selamat, sehat wal’afiat dan kembali ke air. Fyuuh !
Tukik

        Ohya, sebelum pelepasan anak penyu itu petugas bercerita tentang usaha membantu melestarikan dengan mendonasikan Rp50.000 dan mendapatkan boneka serta kesempatan trip ke bali. 

Sunset at Pantai Pangubahan


         Pukul 05.45 sore kami kembali berkumpul untuk foto-foto sebelum kembali ke Pantai Ujung Genteng. Menikmati indahnya matahari terbenam, sebagian besar orang-orang mulai meninggalkan pantai. Tak lama kemudian kami pergi menuju Cibuaya, tempat pelelangan ikan untuk membeli makan malam.



            Pukul 06.30. membeli ikan dan gurita Rp40.000 kemudian mencari tempat untuk memasak menu seafood itu. Sambil menunggu menu matang ada yang tidur dan pergi ke pasar malam yang dekat dari pantai, pelakunya Nisa, Aldo, Rofik dan Dika.

Dinner


             Setelah menunggu lama akhirnya matang juga Bawal bakar, tangke bakar, gurita goreng tepung. Pukul 09.30 kami menyantap makan malam, sambal hijaunya mantap, banyak yang ngos-ngosan karena kepedasan. Tapi ada juga yang ga suka makan ikan malah ganti menu mie rebus :D


               Pukul 11.00. kami semua balik ke Cipendeuy, cancel acara nonton penyu bertelor, karena keadaan kurang mendukung. Kembali melewati jalur offroad yang sama dengan berangkat. Sebentar transit di alfamart dan lanjut lagi ke rumah bibi nya Nisa. 

Hari Ketiga ( 15 Mei 2011 )

             Akhirnya pukul 01.30 kami sampai, setelah ganti pakaian dan mengeluarkan peralatan tidur kami siap-siap berjajar tidur. Eh, sebelum tidur ada acara pijit gratis dari Nisa. Tapi saya gak kebagian malem itu soalnya udah pulas duluan tidur nya, hehe. 

                Pagi-pagi bangun eh tau nya udah jam 07.00, semua udah bangun kecuali saya sama faisal. Bersih-bersih badan sambil menunggu nasi liwet matang dan ikan goreng. Kali ini nasi nya ga bersisa, bersih semua tinggal daun pisang yang dijadikan alas. 
 
              Pukul 08.00. Setelah selesai menyantap sarapan kami bersiap menuju Curug Cikaso. Tak jauh dari rumah, hanya sekitar 15-30 menit naik motor. Kami pergi bersama bibinya Nisa biar nanti disana kita bisa ngirit biaya perahu dan tiket masuk.



       Pukul 08.30 kami sampai di curug cikaso, setelah bernegosiasi akhirnya kami trekking menyusuri sawah untuk sampai di air terjunnya. Jika menggunakan perahu kami membayar 80.000 ribu, padahal ga sampe 10 menit. Setelah bernegosiasi kembali akhirnya kami masuk GRATIS ! YEAH !



         Ohya, ketika trekking kami menemui sungai yang berwarna coklat pekat, kami under estimated dulu sebelum sampai di tujuan. Namun ternyata ada cabang sungai lain yang berwarnah hijau jernih, kami langsung excited karena kesan pertama tadi bertolak belakang dengan keadaan Curug Cikaso yang sesungguhnya, Maha Suci Allah dengan segala keindahan-Nya.



            Kami bergegas meletakan barang bawaan karena pakaian yang kami gunakan sudah siap untuk jebur. Air nya segar banget, namun hati-hati batu-batuan sekitar curug cukup licin sampai-sampai ada yang terpeleset karena terburu-buru. Setelah foto-foto sebentar akhirnya kami semua jebur kecuali Ade, Nuril, Arini karena takut ga bisa berenang. Sungai nya cukup dalam antara 1-3 meter dengan tinggi curug sekitar 80 meter. setelah puas berenang kesana kemari akhirnya kami bermain loncat-loncat dari atas batu. Batu setinggi 2 meter dari air dan kami loncat ke air bergantian. Nice Moment ! 





           Setelah puas dengan acara loncat-loncat kami menikmati saat-saat sebelum kembali ke rumah bibinya Nisa. Pukul 11.30 kami kembali ke parkiran motor, trekking dengan jalur berbeda.  Rofik pergi kerumah temannya dulu kami lanjut kembali ke Cipendeuy. 

           Sambil nunggu rofik kami makan rujak mangga, sambel nya mantap, seger banget. Ada yang tidur, ada yang mandi ganti baju. Saya dapat giliran ngerasain pijitannya Nisa, lumayan sebelum lanjut nyetir motor kembali ke bandung lagi, kebayang jalan yang harus dilalui.




           Pukul 2.40 siang. rofik udah balik, kita itung-itungan pengeluaran 2 hari disana, bayar makan+motor Rp20.000 seorang. Jam 15.30 kami kembali ke kota masing-masing. Masih bareng terus sebelum sampai di Goodbye Point.
             
             Pukul 05.00 kami makan dulu, ayam goreng, tahu, tempe di Jampang Kulon, Rp11.000 perorang.
          
            Pukul 06.00 berhenti sholat maghrib dulu di masjid, ehh ada yang tidur, hehe. Setelah selesai sholat kami melanjutkan perjalanan melalui Sukabumi, jalur berbeda dari yang awal. Jalannya mulus dan kanan kiri kebun teh, namun harus hati-hati karena jalan berkelok tajam dan naik turun. Pengemudi harus waspada dan tidak ngantuk, masalah utama :D
 


               Pukul 11.00. insiden muncul setelah melewati Jampang tengah. Ban belakang motor Ipul bocor, tak jauh dari situ ada tambal ban, syukurlah. Saya yang melaju di depan harus dikejar Rofik karena jauh di depan.
Setelah bertemu kembali melajutkan perjalanan, Honda Win saya sempat ngadat gas nya, panik, namun ternyata beres dengan sendirinya, syukur.

               Pukul 00.30 kami berpisah di pertigaan Cikembar, Sukabumi-Bogor. Disini kami berpisah kembali. Rasanya aneh kembali sepi di jalan, sendiri ngebut tak tahu arah, tengah malam, siaga tingkat satu.

           Pukul 01.00. sampai di Kota Sukabumi, tidak tau arah akhirnya Tanya orang setempat yang kebetulan sedang beli nasi goreng. Lanjut kea rah cianjur, jalannya lumayan mulus namun tetap waspada karena keadaan sepi banget, tingkat curiga tinggi ketika ada orang-orang berjalan di sisi jalan.

         Pukul 02.30. sampai di Cianjur, bundaran Sukabumi-Cianjur-Bandung. Setelah melihat papan arah kami mengambil jalur, jalur yang salah. Tidak tahu kalo jalur nya salah. Berhenti di Indomaret, beli minum, kemudian lanjut. Mulai berasa aneh karena jalurnya semakin menanjak. Akhirnya berhenti di salah satu warung kopi. Pesan segelas kopi Indocafe, karena udara dingin mulai menusuk. Akhirnya percakapan terjadi :


Pak Warkop : “dari mana mas?”
Saya : “dari Sukabumi pak”
Pak Warkop : “wah malem-malem ya mas”
Saya : “iya pak, dari sana jam 5 sore”
Pak Warkop : “emangnya mau kemana mas?”
Saya : “ke bandung pak”
Pak Warkop : terdiam
Saya : kedinginan sambil minum kopi
Pak Warkop : “sepertinya salah jalan mas”
Saya : uhuk uhuk
Pak Warkop : “ kalo kesini arahnya nanti makin jauh, nanti tembus nya ke laut Kidul mas “
Saya : “hah, wah pantesan -__-“
Pak Warkop : sibuk nulis-nulis (ternyata ngegambar peta) dan nunjukin jalur yang seharusnya.
Saya : “wah kalo gitu boleh numpang istirahat disini pak ?”
Pak Warkop : “silakan mas, ga apa-apa”
Saya : lemas kedinginan


          Setelah percakapan dengan penentu jalan hidupku saya pun tidur sejenak.

        Pukul 03.30. bangun, nyiapin uang buat bayar sambil ketuk-ketuk kamar Pak Warkop, ga ada jawaban. Setelah menunggu akhirnya saya tinggal aja uang 5000 dan cabut lanjut balik arah. Ampun dingin banget sambil menggigil nyetir motor.

       Pukul 04.30. suara sholawat sudah terdengar, di jalur Cianjur-Bandung saya berhenti sejenak untuk sholat Shubuh.


       Pukul 05.15 lanjutkan perjalanan. Kabut turun parah banget, biasanya kaya asap yang ini kaya semprotan cuci motor. Basah.

           Pukul 06.30 sampai Cimahi. Berhenti di pom bensin, menggelar jas hujan, tidur sedapatnya tanpa pedulikan yang lagi isi bensin :D

         Pukul 07.30 bangun, ternyata udah ramai, cuci muka terus lanjut ke arah Bandung, Gerimis dan kabut masih turun. Macet karena jam berangkat kantor.

           08.30 sampai di kostan, pesen makan di warung sebelah, eh malah ketiduran, hahaha

          kira-kira seperti itu gambaran ketika TRIP to Ujung Genteng kemarin, Foto dan Catatan akan di update suatu hari nanti :)
   Wassalamu'alaikum

Jalur yang dilalui








2 Comment:

Anonim mengatakan...

nice post.. :-)

ralat: gw ngga nyebur bukan karena ngga bisa renang, tapi ngga mahir renang.. hahaha..

Halimich mengatakan...

apa beda nya kaka :d:

di tunggu FR versi nuril :g:

Posting Komentar

Haloo !

Silakan mengisi Form di bawah ini untuk meninggalkan komentar pada tulisan ini.

 
; Blogger Widgets